Title
: 늘 그자리에
(Honesty)
Cast
: Kim Jong Hyun
Kang Jae Kyung
And the other
Genre
: Friendship, Love
Rating
: T
Type
: -
Author
: @raniakim96
-Previous Part-
‘Temui
aku di kedai ice cream!’ Satu
kalimat yang terpampang jelas di ponsel
Jaekyung. “Kedai ice cream?” Jaekyung bingung dengan tempat yang dikatakan oleh
Jonghyun, kedai ice cream ada ratusan di Seoul. “Apa yang dia maksud, kedai ice
cream saat pertama kita mengobrol saat itu?” Ucap Jaekyung menebak.
“Pakaian
apa yang harus aku kenakan?” Yeoja itu melihat setiap baju yang tertata rapi di
dalam lemarinya. “Aku harus memakai baju sesederhana mungkin.” Serunya mulai
panik, baju yang dia inginkan tidak dia temukan.
Dengan
mengenakan kaos lucu berwarna abu-abu, rok mini biru dengan motif bunga-bunga
kecil serta flat shoes Jaekyung berjalan menuruni tangga rumahnya. “Mau kemana
kau?” Dia disambut oleh teriakan Jaehyung namdongsaengnya dari ruang santai.
“Tidak ada urusannya denganmu.” Balas Jaekyung malas. Mata Jaehyung terus
mengekor mengikuti langkah perginya noonanya itu.
***
Part
3
Jaekyung
segera turun dari scooternya, dia melihat sekeliling. “Motor Jonghyun ada
disini, jadi benar ini tempatnya.” Seru
Jaekyung mantap dan langsung berlari kecil masuk kedalam kedai itu.
Jaekyung
berjalan pelan menuju tempat Jonghyun duduk saat ini, dia melihat ada dua cup
ice cream yang telah kosong dimejanya. “Kenapa kau lama sekali? Bahkan aku
sudah menghabiskan ice cream yang tadinya mau kuberikan padamu.” Jonghyun
sedikit berteriak saat Jaekyung baru saja meletakan dirinya dikursi.
“Mianhe,
tadi aku harus membantu Eomma jadi aku sedikit terlambat.” Jaekyung berdusta,
padahal waktunya tersisa hanya untuk memilih pakaian tadi. “Sudahlah, kali ini aku memaafkanmu. Tapi
lain kali kau tidak boleh terlambat, aku tidak suka jika harus menunggu.
Arraso?” Ucap Jonghyun memperingatkan. “Ne..” Jawab gadis itu lemah.
“Aku
ingin bertanya padamu, tapi sebelum itu kita ke taman di pusat kota yah? Aku
sudah bosan disini.” Jonghyun segera
menggandeng tangan Jaekyung keluar dari kedai ini.
“Jonghyun-ahh
aku bawa scooterku sendiri, aku tidak bisa naik motormu.” Ucap Jaekyung heran
saat Jonghyun membawanya ke tempat motornya diparkirkan.
“Aku
tau kau membawa scootermu, sepulang dari taman nanti kita ambil scootermu
disini, sekarang kau naik! Kajja.” Jawab Jonghyun enteng seraya menghidupkan
mesin motornya.
“Apa
yang ingin kau tanyakan?” Tanya Jaekyung cepat saat mereka baru saja duduk di
salah satu kursi panjang ditaman. “Kenapa kau terburu-buru sekali? Apa kau ada
acara heoh?”
“Tidak
juga...” Balas Jaekyung kikuk, entah kenapa dia jadi merasa tidak enak pada
Jonghyun. “Jaekyung-ahh belikan aku ice cream! Anggap saja ini bayaran untuk
ice yang ingin kuberikan padamu tadi.” Jaekyung bingung dengan sikap Jonghyun
yang berubah menjadi seperti anak kecil saat ini. Tanpa berkata sepatah katapun
Jaekyung langsung berlari mencari penjual ice cream ditaman.
“Waahh,
bukankah sangat enak menikmati ice cream di musim panas seperti ini? Iyakan
Jaekyung?” Jonghyun terlihat sangat lahap menjilati ice cream coklatnya,
sementara Jaekyung sudah dengan sabar menunggu apa yang sebenarnya ingin
ditanyakan namja ini.
“Jaekyung-ahh,
Ahra sudah tidak pernah menghubungiku lagi.”
Ucap Jonghyun tiba-tiba dengan nada suara yang sedih. “Memang Ahra itu
siapa?” Tanya Jaekyung bingung, karena baru pertama kali mendengar nama
tersebut.
“Aiihh
iya aku lupa, Ahra itu yeojachinguku.” Deg, jantung Jaekyung seakan ingin
keluar. Beruntung Jaekyung tidak mempercayai semua ucapan Minki waktu itu. “Apa
kau pernah menanyakan alasannya?” Tanya Jaekyung hati-hati.
“Dia
bilang sedang tidak ingin diganggu, dan kau tau apa yang paling membuatku
sedih?...” Jonghyun menggantungkan kalimatnya. “Ahra berkata padaku kalau dia
masih sayang dengan Minho, mantan kekasihnya dulu.” Seketika Jaekyung
melebarkan matanya, Jonghyun, namja itu kini meneteskan air matanya.
“Sudah
berapa lama dia tidak menghubungimu?” Jaekyung sangat bingung dengan keadaan
ini. “Sudah lebih dari satu minggu, kalaupun aku kerumahnya dia tidak mau
keluar untuk sekedar menyapaku.” Suara Jonghyun terdengar serak. “Apa yang
harus aku lakukan untukmu?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Jaekyung, dia
memandang Jonghyun dengan iba, tak menyangka jika namja berotot ini akan
menangis karena wanita.
“Peluklah
aku Jaekyung-ahh, jebal...” Mendadak tubuh Jaekyung membeku, apa yang
didengarnya tidak salah? “T..ta..pi..” Belum selesai Jaekyung menyelesaikan apa
yang ingin diucapkan, Jonghyun sudah merengkuhnya kedalam pelukannya. “Jika kau
tidak bisa memelukku, aku yang memelukmu.” Jonghyun makin mengeratkan
pelukannya. Kini mereka berdua sama-sama terdiam dalam keadaan berpelukan di
bangku taman.
“Tolong
bantu aku, sampai masalah ini benar-benar selesai.” Jonghyun berbisik ditengah
isak tangisnya, Jaekyungpun mengangguk, walaupun gadis itu tidak tau apa yang
bisa ia bantu.
***
Setelah
puas menangis dan menceritakan semua masalahnya dalam pelukan Jaekyung,
akhirnya Jonghyun bisa tenang. Dapat dilihat matanya yang sembab, dengan kaos
Jaekyung yang basah dibagian bahu. “Sshhh.. berapa lama aku menangis?” Jonghyun
bergumam pelan.
“Kau tidak kedinginan?”
Tanya Jonghyun yang baru menyadari kalau Jaekyung hanya memakai kaos tipis,
sementara ini sudah malam, angin musim panas juga bertiup kencang.
“Gwenchana,
aku baik-baik saja, apakah hatimu sudah membaik saat ini?” Kini Jaekyung balik
bertanya, tak lupa dia memasang senyum dihadapan Jonghyun.
Jonghyun
melepas jaket merah parasutnya dan memakaikannya di bahu Jaekyung. Jaekyung
ingin mengelak namun tak dapat dipungkiri dia memang kedinginan. “Aku sudah
kuat berkat kau.” Jonghyun melirik ke arah Jaekyung yang menundukkan wajahnya
tersipu malu.
“Kajja
kita pulang..aku akan mengantarkanmu sampai depan rumah.” Jaekyung segera
menghentikan langkahnya. “Tidak perlu.. ka.. kau cukup mengantarku sampai kedai
ice cream saja, aku akan pulang sendiri.”
“Tak
usah mengelak, aku kan mengikutimu dari belakang, aku takut sesuatu terjadi
padamu. Kau ini yeoja, tidak baik bepergian dimalam hari seorang diri.”
Jonghyun tetap menarik Jaekyung menuju motornya. Dalam perjalanan menuju kedai
ice cream untuk mengambil scooternya, Jaekyung terus memikirkan cara agar
Jonghyun tidak mengantarnya sampai ke rumah.
“Aku
mohon, kau lebih baik pulang. Basuh mukamu yang sangat kusut itu, aku akan
baik-baik saja. Lagipula jarak dari sini menuju rumahku itu tidak terlalu jauh.”
Sambil memakai helm dikepalanya Jaekyung terus mencari segala alasan. Jaekyung
bersiap menyalakan scooternya.
“Benar
kau tidak apa?” Tanya Jonghyun masih ragu. “Ne, aku yakin aku tidak apa.
Sekarang kau pulanglah dulu.” Jaekyung tampak bersemangat.
“Baiklah
aku akan pulang, hati-hati ya! Gomawo untuk hari ini.” Jonghyun segera menancap
gas dan berlalu dari hadapan Jaekyung.
“Syukurlah
dia menuruti perintahku.” Jaekyung mengeratkan jaket Jonghyun yang
dikenakannya, menyalakan gas scooternya dan pulang menuju kerumah.
Namun
tanpa diketahui oleh Jaekyung, Jonghyun yang berhenti di pertigaan jalan tadi,
membuntuti yeoja itu dari belakang. Tampaknya dia masih ragu untuk membiarkan
Jaekyung pulang sendiri ke rumahnya.
***
“YA!!
SIAPA YANG MENYIRAMKU??” Jaekyung tersentak kaget saat ada yang menyiram
dirinya yang sedang tertidur dikelas pada pagi hari seperti biasa.
“Jaekyung-ahh
apa kau tidak pernah tidur dirumah? Sampai-sampai kau tidur di kelas setiap
hari.” Jira dengan ember kecil ditangannya membalas perkataan Jaekyung dengan
pedas.
“Lalu
apa urusannya denganmu?” Seru Jaekyung seraya berdiri dari tempat duduknya.
Jira menghela nafas kesal, “Apa kau tidak lihat sudah jam berapa ini? Bagamana
kalau sonsaenim datang dan melihat ada murid kelas ini tertidur? Bukankah itu
akan membut seluruh kelas malu karenamu?”Jira berkata panjang lebar dengan gaya
angkuhnya.
Jaekyung
juga dapat melihat ada banyak murid kelasnya yang berkerumun melihatnya.
Kemarahan Jaekyung sudah hampir mencapai puncak kepalanya saat Jira
terus-terusan menghinanya didepan semua murid kelas ini.
“Bayangkan
saja, setiap hari dia tertidur dikelas. Hey apa orang tuamu tidak mampu membeli
tempat tidur?” Kini Jira dengan acuhnya tertawa terbahak-bahak, begitu juga
dengan siswa lain, adapula yang meneriaki Jaekyung dengan nada mengejek.
Jaekyung
hampir saja menampar wajah Jira kalau saja Jonghyun tak mencegahnya. Tanpa
berkata satu patah katapun Jonghyun menarik Jaekyung menuju gudang belakang
sekolah.
“Ya!!
Kim Jonghyun kenapa kau tak membiarkankau menampar wanita itu hah? Apa kau
takut aku akan melukai mantan kekasihmu itu? Dia menghina orang tuaku, dia juga
mempermalukan aku dihadapan semua siswa dikelas. Dia memperlakukan aku seperti
ini karena dia mengira aku dan kau ber....”
Isak tangis serta teriakan Jaekyung yang panjang lebar itu terhenti
ketika Jonghyun dengan tiba-tiba mencium bibirnya.
Bagaikan
tersambar petir, seluruh tubuh Jaekyung kaku. Dia merasa bahwa semua syaraf
yang ada ditubuhnya berhenti berfungsi. Yeoja itu belum mampu berbicara apapun
setelah Jonghyun menghentikan ciuman singkat mereka, bahkan mulut Jaekyung
masih belum menutup.
“Kau
tidak mati berdiri kan?” Jonghyun mencoba untuk mencairkan suasana, dia
mencubit pelan pipi Jaekyung.
“Kenapa
kau melakukan ini padaku?” Jaekyung balik bertanya, dia bingung kenapa Jonghyun
menciumnya, padahal tidak ada hubungan apapun selain teman diantara mereka.
Jonghyun
hanya berdehem tak bisa menjawab pertanyaan Jaekyung. “Kau terlihat lebih jelek
saat menangis.” Diapun lebih memilih untuk mengalihkan permbicaraan, tak mau
dipermainkan Jaekyung segera menepis tangan Jonghyun yang ingin menghapus
airmatanya.
“Aku
hanya ingin menenangkanmu, aku tau ini semua juga salahku. Jira melakukan ini
padamu karena kau dekat denganku, dia memang tidak pernah membiarkan yeoja yang
dekat denganku hidup dengan tenang. Aku merasa bersalah padamu Jaekyung.”
Jonghyun mengutarakan semua alasannya, dia terduduk lemas di lantai gudang yang
kotor ini.
“Jangan
menyalahkan dirimu Jonghyun-ahh.” Jaekyung ikut duduk disampingnya. Dia
merangkul punggung Jonghyun yang lebar itu. “Aku tidak kesal dengan semua
perkataan dan hinaan dari Jira, aku sangat kesal saat Jira menghina orang tuaku
yang tak mampu membeli tempat tidur.” Jaekyung menghela nafas berat. Dia
memandang Jonghyun yang masih tertunduk dengan tersenyum.
“Aku
tau, aku hanyalah yeoja dari kalangan bawah, orang tuaku han...” Jaekyung
menoleh saat Jonghyun memegang tangannya yang bebas. “Selama ini kau berbohong
pada kami.” Jaekyung terkejut akan pernyataan Jonghyun tadi.
“Orang
kalangan bawah, namun mempunyai rumah mewah yang sangat besar serta halaman
yang luas,eoh?”
“Kau??”
Jaekyung memekik tak percaya. Sementara namja disebelahnya sedang tertawa
lebar.
“Kau
kira aku akan rela membiarkan kau pulang seorang diri kerumah?” Jaekyung
tertangkap basah. “Tidak usah mengelak kalau kau adalah pembantu dan itu adalah
rumah majikanmu. Tidak bisakah kau jujur padaku Jaekyung?” Ucap Jonghyun cepat
saat melihat yeoja itu akan memberikan beribu alasannya.
“Mianhe...”
Hanya satu kalimat yang keluar dari bibir mungil Jaekyung. “Aigooo, kenapa aku
lupa dari tadi. Lihatlah bajumu itu, basah-basah kau tidak menggantinya sedari
tadi. Apa kau tidak kedinginan?” Entah kenapa Jonghyun jadi cerewet seperti
ini, bahkan melebihi seorang eomma yang sedang memarahi anaknya.
Tanpa
Jonghyun sadari tiba-tiba Jaekyung memeluknya, memeluknya dengan sangat erat.
“Pabo! Aku kedinginan dari tadi, sebagai imbalan, aku ingin kau memelukku
seperti ini.” Tanpa banyak bicara lagi, Jonghyunpun makin mengeratkan pelukannya
pada Jaekyung.
***
“Jheongmalyo?
Jadi Jonghyun dan Ahra sudah putus?” Minki terpekik saat mendengar berita
tersebut dari mulut Jaekyung.
“Jonghyun
bilang kalau Ahra bukan yeoja yang baik, dan ternyata Ahra juga masih menjalin
hubungan dengan Minho.” Jaekyung menambahkan.
“Oh
iya kau bilang kau dan Jonghyun pernah..” Minki memberi isyarat dengan menyentuh
bibirnya. “Jangan bahas itu lagi!” Seru Jaekyung kesal.
“Tapi
apa itu benar terjadi?” Minki masih ragu dengan ucapan Jaekyung waktu itu, dia
tidak percaya. Pasalnya Jaekyung dan Jonghyun tidak mempunyai hubungan apapun.
“Kau
tau? Awalnya aku juga sangat terkejut, aku mengira kalau itu hanya mimpi.
Jantungku hampir melompat dari tempatnya.” Jaekyung menjawab dengan nada dan
ekspresi yang terlalu didramatisir.
“Aiish
kau ini. Tapi kau benar-benar tidak ada hubungan apapun kan dengan Jonghyun?”
Satu jitakan mengarah ke kepala Minki. “Kau kira aku menyembunyikan semuanya
dari mu? Semua yang aku alami selama ini aku ceritakan padamu Minki, kenapa kau
masih tak percaya.” Ujar Jaekyung heran.
“Ne
ne arraseo, hanya saja kalian berdua tampak begitu akrab.” Ucap Minki lirih.
“Nan
mollayo, kau tau? Aku juga tidak ragu untuk memeluknya.” Minki yang sedang
meminum jus pun tersedak. “Gwenchana?”
Tanya Jaekyung khawatir sambil memeberikan beberapa lembar tisu.
“Kau
memeluknya?” Minki malah balik bertanya. “Begitulah.” Jawab Jaekyung sekenanya.
“Jinja?
Ommo sepertinya kesempatanmu makin besar.” Celetuk Minki tiba-tiba. “Mwo? Apa
maksudmu?” Balas Jaekyung bingung.
“Kau
ini, kesempatan untukmu mendapatkan Jonghyun!!” Seru Minki dengan penuh
penakanan. Jaekyung yang ada didepannya pun langsung membungkam mulut yeoja
itu.
“Ya!!
Bagaimana kalau ada yang dengar?” Kata Jaekyung khawatir sambil memperhatikan
sekelilingnya. Jaekyung takut jika tanpa sepengetahuannya ada siswa dari
sekolahnya yang juga berada di foodcourt salah satu mall ini.
“Tidak
mungkin ada yang mengenalmu disini.” Jawab Minki santai, diapun kembali memakan
hotdognya. “Kita kan tidak tau, mungkin saja ada anak kelas yang kesini.”
“Minki-ya
novel yang belum kau temukan, apa kau akan mencarinya sekarang?” Jaekyung
memperhatikan Minki yang tengah melihat-lihat beberapa novel yang dibelinya
tadi.
“Aku
akan mencarinya lain waktu, Jaekyung-ahh hari ini uangku telah habis.” Minki
terkekeh. “Kajja! Sebaiknya kita pulang sekarang, gomapta kau sudah menemaniku
mencari novel.”
“Ne.” Jawab Jaekyung
singkat dan segera beranjak dari duduknya.
Jaekyung dan Minki
dikejutkan oleh dua orang yang tiba-tiba merangsek masuk ke dalam lift yang
mereka naiki berdua. Padahal pintu lift ini sudah hampir tertutup namun kedua
orang itu tetap memaksa masuk.
“Chagi, kajja kita
masuk saja, kalau tidak kita bisa terlambat.” Jaekyung dan Minki melotot
mendengar suara yeoja ini. “Shin Jira?” Seru mereka hampir bersamaan. Yeoja
yang dimaksud dengan segera menoleh.
“Kalian?” Jira pun
tampak tak kalah kagetnya, namun di detik berusaha untuk terlihat santai. Dia
juga mengeratkan pegangan pada namja yang ada disampingnya.
-To
be continue-