Rabu, 22 Mei 2013

[FF EXO (Luhan)] Morpheus oneshoot



Title : Morpheus
Cast : Xi Lu Han
            Kim Eun Ra
Genre  : Love
Rating : T
Author : @raniakim96




            “Aaiish aku tak habis pikir, kenapa  Aboniem bisa begitu marah padaku? Hanya karena aku dapat nilai 7 dalam pelajaran matematika.”  Eun Ra. Yeoja itu terus  menggerutu, tampaknya dia sangat kesal pada Appanya itu.
            Dia memilih untuk pergi dari rumah dan duduk seorang diri dibangku taman yang sepi. Di sinilah dia biasa melampiaskan semua perasaannya.
“Sampai kapan aku disini?” Dia bertanya pada dirinya sendiri, karena melihat hari mulai gelap. “Aku sangat malas untuk pulang kerumah. Tapi jika tidak kembali kerumah, aku harus menginap dimana?” Eunra mulai frustasi.
            “Apapun yang terjadi aku harus kembali kerumah.” Ucapnya pasrah. Dia segera berdiri dari bangku kayu itu.
            Baru beberapa langkah dia meninggalkan tempat duduknya tadi, Eunra dikejutkan oleh suara kucing yang mengeong . Setelah Eunra melihat kebawah, ternyata kucing itu berada tepat di samping kakinya, sontak saja yeoja itu melonjak kaget.
            “Ya!! Kau membuatku kaget saja, kenapa kau tiba-tiba disini?” Dia mengomel pada hewan imut tersebut. Eunra berjongkok dan mengelus lembut kucing kecil berbulu abu-abu itu, dia memang sangat menyukai hewan berbulu lembut dan lebat seperti kucing yang baru ditemuinya ini.
            “Siapa namamu manis? Apa kau tersesat?” Tanya Eunra lembut. “Seandainya Aboji tidak alergi pada bulu kucing, aku akan memeliharamu.” Lanjutnya kecewa.
            “Kau akan tetap disini? Aku harus segera pulang, jika tidak Aboji akan memarahiku. Jaga dirimu baik-baik.” Perlahan Eunra meninggalkan kucing tersebut, walau dalam hatinya dia merasa enggan.
            Kucing itu kembali mengeong, ternyata dia mengikuti Eunra dari belakang. “Hey, kenapa kau mengikutiku terus? Aku sudah bilang, aku tak bisa membawamu. Jadi sebaiknya kau cari rumahmu dan pulang.” Tapi akhirnya dia kembali duduk bersama kucing yang berada di bawahnya.
           
            “Kau lapar?” Tanya Eunra saat kucing yang berada di bawahnya kembali mengeong. “Ah, aku membawa biscuit. Apa kau menyukainya?” yeoja itu memberikan biscuit kecil yang dia bawa dalam saku celananya.
            “Pingoo. Kau disini rupanya.” Terdengar suara namja yang lembut saat Eunra sedang menunduk untuk memberi makan kucing tadi, Eunra juga merasa familiar dengan suara ini. Gadis itu juga dapat melihat sepatu putih yang sedikit kusam dekat dengan wajahnya.
            ‘Bagaimana kalau aku disangka mencuri kucing ini?’ Ucap Eunra takut. Karena dia dapat mengetahuinya, dilihat dari penampilannya saja kucing ini terlihat mahal.
            Eunra tidak juga mengangkat wajahnya sampai tangan namja itu memegang lengan Eunra. “Agashi, terima kasih telah menemukan Pingoo.”
            DEG!! Bagai tersambar petir Eunra membeku tak bisa berkata apapun, dia merasa ini bukanlah mimpi. Iya tentu saja Eunra tidak bermimpi saat matahari belum tenggelam.
            “K..Kau?” Pekik Eunra. Namun namja tadi hanya bingung melihat tingkah Eunra yang menurutnya aneh.
            “Ada apa denganmu?” Tanya namja itu penasaran. Kali ini Eunra telah sadar dan kembali pada akal sehatnya.
            “Tidak. Eumm.. itu, dia adalah kucingmu? Kau bisa membawanya pulang sekarang, aku hanya menemukannya ditaman. Aku harus segera pulang.” Dengan cepat Eunra menjawab pertanyaan namja yang bahkan Eunra tidak ketahui namanya itu, dia berjalan cepat untuk pulang.
            “Ya!! Kau siapa namamu? Aku hanya ingin berterima kasih.” Namja tadi sedikit berteriak pada Eunra yang telah menjauh. Tanpa pikir panjang namja itu mengejar Eunra.
            “Kau... eum.. siapa namamu?” Namja itu berjalan mensejajarkan langkah dengan Eunra yang berjalan cepat. Namun Eunra tak bergeming, dia masih berkonsentrasi pada arah jalannya.
            “Aaaaa~” Eunra menjerit.
            “Kau harus lebih berhati-hati.” Tanpa Eunra sadari ternyata ada sepeda motor yang akan menabrak dirinya ketika ia hendak menyebrang, untung saja namja pemilik kucing yang berjalan dibelakang yeoja itu menarik lengan Eunra sebelum motor menyambar tubuh mungilnya.
            Walhasil kini tubuh antara keduanya berjarak sangat dekat, atau bahkan dapat dikatakan sebagai pelukan. Suara kucing kembali menyadarkan mereka yang sama-sama membeku.
            “Gam..sa ha mida..” Eunra membuka mulut. Dia merasa sangat canggung karena namja yang tadi di hiraukan telah menyelamatkan nyawanya.
            “Gwenchanayo?” Namja pemilik kucing itu justru balik bertanya. “Ne gwenchana. Jheongmal gamsahamida.” Eunra membungkuk sebagai tanda dia sangat berterimakasih.
            “Anggap saja ini balasan karena kau telah menyelamatkan Pingoo.” Namja itu membalas dengan senyuman. ‘Senyuman itu..’ Kini Eunra kembali teringat pada sesuatu.
            “Xi Luhan imnida.” Namja yang ternyata bernama Luhan itu mengulurkan tangannya sesaat setelah mereka duduk di pinggiran jalan kecil ini.
            “Kim Eunra.” Jawab Eunra singkat tanpa membalas uluran tangan Luhan. Dengan berat hati Luhan pun murunkan tangannya perlahan. Dia tampak kecewa.
            “Dimana kau menemukan Pingoo?” Luhan mengelus lembut kucing yang berada dipangkuannya, membuat Eunra sedikit melirik kearah Luhan.
            “Pingoo? Nama kucing ini?” Tanya Eunra bingung.
            “Dia menghampiriku saat aku berada ditaman tadi.” Lanjutnya. Entah apa yang ada dipikiran Eunra saat ini, dia merasa sangat gugup dan bahkan tak membalas tatapan Luhan.
            “Ahh ne...” Luhan tak bisa membawa percakapan mereka lebih jauh lagi, karena dia memang sudah kehabisan arah pembicaraan.
            “Mianhe, aku harus kembali ke rumah. Kau tidak pulang kerumah?” Tanya Eunra tiba-tiba. Luhan hanya tersenyum lebar tanpa mampu menjawabnya. “Waeyo?” Kata Eunra bingung. “Aku tidak tahu jalan pulang.”

***
            “Jadi kau baru datang kesini pagi tadi?” Eunra mengangguk mengerti saat Luhan menjelaskan semua. Mereka tengah berjalan menuju kediaman Luhan.
            “Ne, Eommaku baru saja meninggal dua minggu yang lalu, aku harus tinggal di Korea bersama pamanku.” Ucap Luhan dengan suara lembut. “Pingoo adalah peninggalan terakhir Eommaku dia ingin aku menjaganya. Beliau membeli Pingoo tepat satu hari sebelum hari kematiannya.” Lanjut Luhan sendu dan tetap mengelus Pingoo dipelukannya.
            “Apakah Appamu masih berada di China?” Eunra tampaknya semakin penasaran setelah mengenal Luhan lebih jauh. Yeoja ini seperti mengenal sosok yang selama ini menjadi misteri baginya. “Jika Appa ku ada China aku mungkin tidak berada disini.” Luhan terkekeh.
            “Appaku bekerja di Canada, dia jarang pulang. Apalagi setelah Eomma tiada.” Luhan tampak tak ragu menceritakan keluarganya pada Eunra, yeoja yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu.
            “Tapi bahasa Koreamu sangat bagus.” Puji Eunra, dia tampak sangat kagum pada namja manis yang berjalan disamping kirinya ini.
            “Di rumah terkadang aku berbicara dengan bahasa Korea.” Eunra hanya mengangguk lirih atas jawaban Luhan.  “Rumahmu masih jauh?” Eunra melihat sekeliling komplek perumahan yang dilewatinya.
            “Sepertinya aku sedikit mengingatnya, ah... tidak jauh dari sini. Kajja!!!” Luhan menarik tangan Eunra dan mengajaknya menuju rumah kecil namun asri tidak jauh dari persimpangan jalan saat mereka berhenti tadi.
            “Jadi ini rumah pamanmu?” Tanya Eunra memastikan. “Ne, ini rumahnya. Ternyata tidak terlalu jauh, tapi kenapa aku tidak mengingatnya?” Luhan sedikit menyesali kebodohannya itu.
            “Apa kau tidak ingin singgah dirumahku dulu?” Tawar Luhan ramah. “Tidak perlu, aku harus segera pulang.”
            “Baiklah, kalau begitu kau hati-hati dijalan, mianhe telah merepotkanmu.” Ujar Luhan dengan memandang wajah Eunra, setelah dilihatnya dengan jelas, ternyata yeoja ini  amatlah cantik. Sedari tadi Luhan tidak menyadarinya karena Eunra terus menunduk dan menghindar dari tatapannya.
            “Ne cheonmaneyo. Kalau begitu aku pulang dulu. Annyeong..” Eunra pamit. “Chakkaman..” Seru Luhan spontan.
            “Maukah kau bertemu denganku lagi ditaman itu besok?” Eunra lagi-lagi hanya menjawabnya dengan anggukan kecil, berlalu dari hadapan Luhan.
            “Pingoo-ah sepertinya aku pernah melihat wajahnya. Tapi dimana?” Gumam Luhan perlahan memasuki rumahnya.
***
            Entah sudah berapa puluh kali Luhan menyelesaikan rubik miliknya, namun Eunra –yang-sedang-ditunggunya- tak kunjung datang. Padahal dia telah menunggunya lebih dari 30 menit yang lalu.
            “Apa mungkin yeoja itu sedang sibuk?” Luhan mulai gelisah, dia juga menyesal tidak membawa Pingoo bersamanya tadi, agar dia tidak kesepian. Luhan berjingkat, berencana untuk meninggalkan taman ini.
            “Ah, aku tidak bisa. Aku harus tetap menunggunya.” Namja manis itu kembali terduduk. Luhan tertunduk lesu sambil memainkan rubik kesayangannya yang kini mulai membosankan.
            Samar-samar dia mendengar derap langkah kaki yang mulai mendekat. “Mianhe, jheongmal mianhe aku terlambat. Kau pasti sudah menunggu lama?” Eunra, yeoja itu kini tangah membungkuk berulang kali untuk menebus keterlambatannya.  Dengan nafas yang terengah-engah, Eunra mencoba untuk menenangkan diri.
            “Gwenchana, yang terpenting kau sudah datang.” Luhan tersenyum tipis, seraya menepuk ruang kosong disampingnya mengisyaratkan Eunra untuk duduk.
            “Kau seorang haksaeng (pelajar)?” Tanya Luhan pelan saat menyadari Eunra menggunakan seragam sekolah. Sesaat Eunra bingung, dan menatap tubuhnya sendiri.
            “Ne, aku masih sekolah. Tadi aku terlambat karena aku ada pelajaran tambahan. Bukankah kau juga pelajar?” Jawab Eunra dengan nada heran. Luhan justru tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Eunra tadi.
            “Bukan hanya kau saja yang mengira aku masih seorang siswa. Asal kau tau, umurku sudah 22 tahun.” Luhan terkekeh geli, sementara Eunra hanya dapat tercengang atas pernyataan Luhan yang sangat diluar dugaannya tersebut.
            “Kau tidak berbohong kan?” Ucap Eunra memastikan, dia sangat tidak menyangka namja berwajah innocent dihadapannya ini sudah berkepala dua. Luhan-pun sepertinya sudah terbiasa dengan ‘kasus’ yang di ‘hadapinya’ ini.
            “Jadi kau harus memanggilku ‘Oppa’ adik kecil !!” Seru Luhan yang tampak gemas dengan raut wajah Eunra. Dia pun tak segan untuk mengacak lembut rambut hitam pekat Eunra dan sukses membuat yeoja itu membeku.
            “Op..opp..aa~” Eunra mencoba mengeja panggilan untuk Luhan yang masih terasa kaku. Keduanya pun tertawa.  
            “Lu...eum Oppa.” Seru Eunra tiba-tiba saat mereka tengah terdiam, dia juga sepertinya masih canggung untuk memanggil dengan sebutan ‘Oppa’.
            “Ne, wae?” Balas Luhan singkat, dia tampak penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Eunra. “Apakah Oppa akan percaya dengan apa yang akan kuceritakan pada Oppa?” Tanya Eunra dengan hati-hati.
            “Memang apa yang akan kau katakan? Aku pasti aku mendengarnya.” Jawabnya yakin, Luhan jadi semakin penasaran. Dia memandang wajah Eunra dengan penuh tanda tanya. “Benarkah?” Ucap Eunra memastikan, dia tidak ingin dipermalukan didepan Luhan, namja yang baru dikenalnya kemarin.
            “Aku pernah bertemu denganmu dalam mimpi.” Eunra mengucapkannya dengan lirih, namun masih dapat terdengar di telinga Luhan. Menanggapi ucapan Eunra, Luhan hanya dapat membulatkan kedua mata indahnya tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
            Sesekali Eunra-pun melirik ke arah Luhan, yang tak kunjung merespon ucapannya. Namja itu justru tetap diam, menerawang jauh kedalam dunianya sendiri.
            “Luhan Oppa?” Eunra mencoba untuk memanggil Luhan, Luhan tampak kaget. “Oppa melamun? Apa yang aku ucapkan tadi salah?” Ujar Eunra khawatir.
            “A..anioo anio.” Jawab Luhan cepat. “Benarkah begitu? Kapan kau memimpikanku?” Seru Luhan antusias, dia juga sedikit menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Eunra.
          “Beberapa minggu sebelum kita bertemu disini kemarin. Asal Oppa tau, aku sudah memimpikan Oppa 3 kali.” Jawab Eunra dengan mengacungkan jari telunjuk, tengah dan manisnya bersamaan.
            Luhan terdiam, “Aku sangat hafal denga suara Oppa, dan wajah dalam mimpiku itu juga sangat mirip denganmu. Hanya saja aku tak tau siapa nama namja itu.”  Eunra kembali membeo.
            “Kau masih ingat pertama kali aku melihat berhadapan dengan wajah Oppa? Aku sangat kaget dan tidak percaya. Maka dari itu aku berlari meninggalkanmu.” Lanjut Eunra dengan terkikik mengingat kejadian kemarin.
            “Apa kau tau aku juga pernah memimpikanmu?” Pernyataan Luhan tadi justru membuat mata Eunra terbelalak tak percaya. “Jinjjayo?” Hanya kata itu yang dapat keluar dari bibir tipisnya.
            “Aku terus mengingatnya semalaman, saat pertama melihat wajahmu dengan jelas, aku teringat sesuatu, dan ternyata kau pernah masuk kedalam mimpiku. Aku baru mengingatnya.” Ucap Luhan santai disertai dengan sedikit tawanya yang khas.
            “Tapi kenapa ini bisa terjadi?” Seru Eunra yang masih bingung dan tak percaya dengan apa yang dialaminya. “Dewa mimpi.”  Seru Luhan pasti, yang malah menambah kerutan di kening Eunra pertanda dia semakin bingung.
            “Apa maksudnya?” Tanya Eunra penasaran, dia menyipitkan matanya dan fokus menatap Luhan, menunggu jawaban. “Dewa mimpi yang telah mempertemukan kita. Ini adalah takdir.” Balas Luhan yang masih menyisakan pertanyaan untuk Eunra.
            “Eunra-ya, apa kau tahu apa janjiku saat bertemu dengan yeoja yang masuk kemimpiku?” Kata Luhan yang menatap dalam kedua bola mata Eunra. Yeoja itu pun tau kalau ‘yeoja dalam mimpi’ yang Luhan maksud adalah dirinya. Seperti terhipnotis mata Eunra tak dapat berpaling dari tatapan Luhan yang menyejukan.
            Eunra merasa kalau tubuh Luhan semakin mendekat padanya, semakin lama dia juga dapat merasakan hembusan nafas lembut dari namja didepannya.
            Kecupan singkat dibibir Eunra yang diberikan oleh Luhan benar-benar membuat yeoja itu kaku bagai tersengat listrik ribuan watt. “Aku akan menjadikan yeoja itu sebagai yeojachinguku.”
            Dengan cepat tangan Eunra menutup kedua mulutnya yang terbuka, tanda dia sangat terkejut atas ucapan Luhan. Eunra masih tak percaya apakah ini hanya mimpi, atau semua ini memang benar terjadi.
           
-End-

2 komentar: