Title : Morpheus
Cast : Xi Lu Han
Kim
Eun Ra
Genre : Love
Rating : T
Author : @raniakim96
“Aaiish
aku tak habis pikir, kenapa Aboniem bisa
begitu marah padaku? Hanya karena aku dapat nilai 7 dalam pelajaran matematika.” Eun Ra. Yeoja itu terus menggerutu, tampaknya dia sangat kesal pada
Appanya itu.
Dia
memilih untuk pergi dari rumah dan duduk seorang diri dibangku taman yang sepi.
Di sinilah dia biasa melampiaskan semua perasaannya.
“Sampai kapan aku
disini?” Dia bertanya pada dirinya sendiri, karena melihat hari mulai gelap. “Aku
sangat malas untuk pulang kerumah. Tapi jika tidak kembali kerumah, aku harus
menginap dimana?” Eunra mulai frustasi.
“Apapun
yang terjadi aku harus kembali kerumah.” Ucapnya pasrah. Dia segera berdiri
dari bangku kayu itu.
Baru
beberapa langkah dia meninggalkan tempat duduknya tadi, Eunra dikejutkan oleh
suara kucing yang mengeong . Setelah Eunra melihat kebawah, ternyata kucing itu
berada tepat di samping kakinya, sontak saja yeoja itu melonjak kaget.
“Ya!!
Kau membuatku kaget saja, kenapa kau tiba-tiba disini?” Dia mengomel pada hewan
imut tersebut. Eunra berjongkok dan mengelus lembut kucing kecil berbulu
abu-abu itu, dia memang sangat menyukai hewan berbulu lembut dan lebat seperti
kucing yang baru ditemuinya ini.
“Siapa
namamu manis? Apa kau tersesat?” Tanya Eunra lembut. “Seandainya Aboji tidak
alergi pada bulu kucing, aku akan memeliharamu.” Lanjutnya kecewa.
“Kau
akan tetap disini? Aku harus segera pulang, jika tidak Aboji akan memarahiku. Jaga
dirimu baik-baik.” Perlahan Eunra meninggalkan kucing tersebut, walau dalam
hatinya dia merasa enggan.
Kucing
itu kembali mengeong, ternyata dia mengikuti Eunra dari belakang. “Hey, kenapa
kau mengikutiku terus? Aku sudah bilang, aku tak bisa membawamu. Jadi sebaiknya
kau cari rumahmu dan pulang.” Tapi akhirnya dia kembali duduk bersama kucing
yang berada di bawahnya.
“Kau
lapar?” Tanya Eunra saat kucing yang berada di bawahnya kembali mengeong. “Ah,
aku membawa biscuit. Apa kau menyukainya?” yeoja itu memberikan biscuit kecil
yang dia bawa dalam saku celananya.
“Pingoo.
Kau disini rupanya.” Terdengar suara namja yang lembut saat Eunra sedang
menunduk untuk memberi makan kucing tadi, Eunra juga merasa familiar dengan suara ini. Gadis itu
juga dapat melihat sepatu putih yang sedikit kusam dekat dengan wajahnya.
‘Bagaimana
kalau aku disangka mencuri kucing ini?’ Ucap Eunra takut. Karena dia dapat
mengetahuinya, dilihat dari penampilannya saja kucing ini terlihat mahal.
Eunra
tidak juga mengangkat wajahnya sampai tangan namja itu memegang lengan Eunra.
“Agashi, terima kasih telah menemukan Pingoo.”
DEG!!
Bagai tersambar petir Eunra membeku tak bisa berkata apapun, dia merasa ini
bukanlah mimpi. Iya tentu saja Eunra tidak bermimpi saat matahari belum
tenggelam.
“K..Kau?”
Pekik Eunra. Namun namja tadi hanya bingung melihat tingkah Eunra yang menurutnya
aneh.
“Ada
apa denganmu?” Tanya namja itu penasaran. Kali ini Eunra telah sadar dan
kembali pada akal sehatnya.
“Tidak.
Eumm.. itu, dia adalah kucingmu? Kau bisa membawanya pulang sekarang, aku hanya
menemukannya ditaman. Aku harus segera pulang.” Dengan cepat Eunra menjawab
pertanyaan namja yang bahkan Eunra tidak ketahui namanya itu, dia berjalan
cepat untuk pulang.
“Ya!!
Kau siapa namamu? Aku hanya ingin berterima kasih.” Namja tadi sedikit
berteriak pada Eunra yang telah menjauh. Tanpa pikir panjang namja itu mengejar
Eunra.
“Kau...
eum.. siapa namamu?” Namja itu berjalan mensejajarkan langkah dengan Eunra yang
berjalan cepat. Namun Eunra tak bergeming, dia masih berkonsentrasi pada arah
jalannya.
“Aaaaa~”
Eunra menjerit.
“Kau
harus lebih berhati-hati.” Tanpa Eunra sadari ternyata ada sepeda motor yang
akan menabrak dirinya ketika ia hendak menyebrang, untung saja namja pemilik
kucing yang berjalan dibelakang yeoja itu menarik lengan Eunra sebelum motor
menyambar tubuh mungilnya.
Walhasil
kini tubuh antara keduanya berjarak sangat dekat, atau bahkan dapat dikatakan
sebagai pelukan. Suara kucing kembali menyadarkan mereka yang sama-sama
membeku.
“Gam..sa
ha mida..” Eunra membuka mulut. Dia merasa sangat canggung karena namja yang
tadi di hiraukan telah menyelamatkan nyawanya.
“Gwenchanayo?”
Namja pemilik kucing itu justru balik bertanya. “Ne gwenchana. Jheongmal
gamsahamida.” Eunra membungkuk sebagai tanda dia sangat berterimakasih.
“Anggap
saja ini balasan karena kau telah menyelamatkan Pingoo.” Namja itu membalas
dengan senyuman. ‘Senyuman itu..’ Kini Eunra kembali teringat pada sesuatu.
“Xi
Luhan imnida.” Namja yang ternyata bernama Luhan itu mengulurkan tangannya
sesaat setelah mereka duduk di pinggiran jalan kecil ini.
“Kim
Eunra.” Jawab Eunra singkat tanpa membalas uluran tangan Luhan. Dengan berat
hati Luhan pun murunkan tangannya perlahan. Dia tampak kecewa.
“Dimana
kau menemukan Pingoo?” Luhan mengelus lembut kucing yang berada dipangkuannya,
membuat Eunra sedikit melirik kearah Luhan.
“Pingoo?
Nama kucing ini?” Tanya Eunra bingung.
“Dia
menghampiriku saat aku berada ditaman tadi.” Lanjutnya. Entah apa yang ada dipikiran
Eunra saat ini, dia merasa sangat gugup dan bahkan tak membalas tatapan Luhan.
“Ahh
ne...” Luhan tak bisa membawa percakapan mereka lebih jauh lagi, karena dia
memang sudah kehabisan arah pembicaraan.
“Mianhe,
aku harus kembali ke rumah. Kau tidak pulang kerumah?” Tanya Eunra tiba-tiba.
Luhan hanya tersenyum lebar tanpa mampu menjawabnya. “Waeyo?” Kata Eunra
bingung. “Aku tidak tahu jalan pulang.”
***
“Jadi
kau baru datang kesini pagi tadi?” Eunra mengangguk mengerti saat Luhan
menjelaskan semua. Mereka tengah berjalan menuju kediaman Luhan.
“Ne,
Eommaku baru saja meninggal dua minggu yang lalu, aku harus tinggal di Korea
bersama pamanku.” Ucap Luhan dengan suara lembut. “Pingoo adalah peninggalan
terakhir Eommaku dia ingin aku menjaganya. Beliau membeli Pingoo tepat satu
hari sebelum hari kematiannya.” Lanjut Luhan sendu dan tetap mengelus Pingoo
dipelukannya.
“Apakah
Appamu masih berada di China?” Eunra tampaknya semakin penasaran setelah
mengenal Luhan lebih jauh. Yeoja ini seperti mengenal sosok yang selama ini
menjadi misteri baginya. “Jika Appa ku ada China aku mungkin tidak berada
disini.” Luhan terkekeh.
“Appaku
bekerja di Canada, dia jarang pulang. Apalagi setelah Eomma tiada.” Luhan
tampak tak ragu menceritakan keluarganya pada Eunra, yeoja yang baru dikenalnya
beberapa jam yang lalu.
“Tapi
bahasa Koreamu sangat bagus.” Puji Eunra, dia tampak sangat kagum pada namja
manis yang berjalan disamping kirinya ini.
“Di
rumah terkadang aku berbicara dengan bahasa Korea.” Eunra hanya mengangguk
lirih atas jawaban Luhan. “Rumahmu masih
jauh?” Eunra melihat sekeliling komplek perumahan yang dilewatinya.
“Sepertinya
aku sedikit mengingatnya, ah... tidak jauh dari sini. Kajja!!!” Luhan menarik
tangan Eunra dan mengajaknya menuju rumah kecil namun asri tidak jauh dari
persimpangan jalan saat mereka berhenti tadi.
“Jadi
ini rumah pamanmu?” Tanya Eunra memastikan. “Ne, ini rumahnya. Ternyata tidak
terlalu jauh, tapi kenapa aku tidak mengingatnya?” Luhan sedikit menyesali
kebodohannya itu.
“Apa
kau tidak ingin singgah dirumahku dulu?” Tawar Luhan ramah. “Tidak perlu, aku
harus segera pulang.”
“Baiklah,
kalau begitu kau hati-hati dijalan, mianhe telah merepotkanmu.” Ujar Luhan
dengan memandang wajah Eunra, setelah dilihatnya dengan jelas, ternyata yeoja
ini amatlah cantik. Sedari tadi Luhan
tidak menyadarinya karena Eunra terus menunduk dan menghindar dari tatapannya.
“Ne
cheonmaneyo. Kalau begitu aku pulang dulu. Annyeong..” Eunra pamit.
“Chakkaman..” Seru Luhan spontan.
“Maukah
kau bertemu denganku lagi ditaman itu besok?” Eunra lagi-lagi hanya menjawabnya
dengan anggukan kecil, berlalu dari hadapan Luhan.
“Pingoo-ah
sepertinya aku pernah melihat wajahnya. Tapi dimana?” Gumam Luhan perlahan
memasuki rumahnya.
***
Entah
sudah berapa puluh kali Luhan menyelesaikan rubik miliknya, namun Eunra
–yang-sedang-ditunggunya- tak kunjung datang. Padahal dia telah menunggunya
lebih dari 30 menit yang lalu.
“Apa
mungkin yeoja itu sedang sibuk?” Luhan mulai gelisah, dia juga menyesal tidak
membawa Pingoo bersamanya tadi, agar dia tidak kesepian. Luhan berjingkat,
berencana untuk meninggalkan taman ini.
“Ah,
aku tidak bisa. Aku harus tetap menunggunya.” Namja manis itu kembali terduduk.
Luhan tertunduk lesu sambil memainkan rubik kesayangannya yang kini mulai
membosankan.
Samar-samar
dia mendengar derap langkah kaki yang mulai mendekat. “Mianhe, jheongmal mianhe
aku terlambat. Kau pasti sudah menunggu lama?” Eunra, yeoja itu kini tangah
membungkuk berulang kali untuk menebus keterlambatannya. Dengan nafas yang terengah-engah, Eunra
mencoba untuk menenangkan diri.
“Gwenchana,
yang terpenting kau sudah datang.” Luhan tersenyum tipis, seraya menepuk ruang
kosong disampingnya mengisyaratkan Eunra untuk duduk.
“Kau
seorang haksaeng (pelajar)?” Tanya Luhan pelan saat menyadari Eunra menggunakan
seragam sekolah. Sesaat Eunra bingung, dan menatap tubuhnya sendiri.
“Ne,
aku masih sekolah. Tadi aku terlambat karena aku ada pelajaran tambahan.
Bukankah kau juga pelajar?” Jawab Eunra dengan nada heran. Luhan justru tertawa
terbahak-bahak mendengar jawaban Eunra tadi.
“Bukan
hanya kau saja yang mengira aku masih seorang siswa. Asal kau tau, umurku sudah
22 tahun.” Luhan terkekeh geli, sementara Eunra hanya dapat tercengang atas
pernyataan Luhan yang sangat diluar dugaannya tersebut.
“Kau
tidak berbohong kan?” Ucap Eunra memastikan, dia sangat tidak menyangka namja
berwajah innocent dihadapannya ini
sudah berkepala dua. Luhan-pun sepertinya sudah terbiasa dengan ‘kasus’ yang di
‘hadapinya’ ini.
“Jadi
kau harus memanggilku ‘Oppa’ adik kecil !!” Seru Luhan yang tampak gemas dengan
raut wajah Eunra. Dia pun tak segan untuk mengacak lembut rambut hitam pekat
Eunra dan sukses membuat yeoja itu membeku.
“Op..opp..aa~”
Eunra mencoba mengeja panggilan untuk Luhan yang masih terasa kaku. Keduanya
pun tertawa.
“Lu...eum
Oppa.” Seru Eunra tiba-tiba saat mereka tengah terdiam, dia juga sepertinya
masih canggung untuk memanggil dengan sebutan ‘Oppa’.
“Ne,
wae?” Balas Luhan singkat, dia tampak penasaran dengan apa yang akan dikatakan
oleh Eunra. “Apakah Oppa akan percaya dengan apa yang akan kuceritakan pada
Oppa?” Tanya Eunra dengan hati-hati.
“Memang
apa yang akan kau katakan? Aku pasti aku mendengarnya.” Jawabnya yakin, Luhan
jadi semakin penasaran. Dia memandang wajah Eunra dengan penuh tanda tanya.
“Benarkah?” Ucap Eunra memastikan, dia tidak ingin dipermalukan didepan Luhan,
namja yang baru dikenalnya kemarin.
“Aku
pernah bertemu denganmu dalam mimpi.” Eunra mengucapkannya dengan lirih, namun
masih dapat terdengar di telinga Luhan. Menanggapi ucapan Eunra, Luhan hanya
dapat membulatkan kedua mata indahnya tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
Sesekali
Eunra-pun melirik ke arah Luhan, yang tak kunjung merespon ucapannya. Namja itu
justru tetap diam, menerawang jauh kedalam dunianya sendiri.
“Luhan
Oppa?” Eunra mencoba untuk memanggil Luhan, Luhan tampak kaget. “Oppa melamun?
Apa yang aku ucapkan tadi salah?” Ujar Eunra khawatir.
“A..anioo
anio.” Jawab Luhan cepat. “Benarkah begitu? Kapan kau memimpikanku?” Seru Luhan
antusias, dia juga sedikit menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Eunra.
“Beberapa
minggu sebelum kita bertemu disini kemarin. Asal Oppa tau, aku sudah memimpikan
Oppa 3 kali.” Jawab Eunra dengan mengacungkan jari telunjuk, tengah dan
manisnya bersamaan.
Luhan
terdiam, “Aku sangat hafal denga suara Oppa, dan wajah dalam mimpiku itu juga
sangat mirip denganmu. Hanya saja aku tak tau siapa nama namja itu.” Eunra kembali membeo.
“Kau
masih ingat pertama kali aku melihat berhadapan dengan wajah Oppa? Aku sangat
kaget dan tidak percaya. Maka dari itu aku berlari meninggalkanmu.” Lanjut
Eunra dengan terkikik mengingat kejadian kemarin.
“Apa
kau tau aku juga pernah memimpikanmu?” Pernyataan Luhan tadi justru membuat
mata Eunra terbelalak tak percaya. “Jinjjayo?” Hanya kata itu yang dapat keluar
dari bibir tipisnya.
“Aku
terus mengingatnya semalaman, saat pertama melihat wajahmu dengan jelas, aku
teringat sesuatu, dan ternyata kau pernah masuk kedalam mimpiku. Aku baru
mengingatnya.” Ucap Luhan santai disertai dengan sedikit tawanya yang khas.
“Tapi
kenapa ini bisa terjadi?” Seru Eunra yang masih bingung dan tak percaya dengan
apa yang dialaminya. “Dewa mimpi.” Seru
Luhan pasti, yang malah menambah kerutan di kening Eunra pertanda dia semakin
bingung.
“Apa
maksudnya?” Tanya Eunra penasaran, dia menyipitkan matanya dan fokus menatap
Luhan, menunggu jawaban. “Dewa mimpi yang telah mempertemukan kita. Ini adalah
takdir.” Balas Luhan yang masih menyisakan pertanyaan untuk Eunra.
“Eunra-ya,
apa kau tahu apa janjiku saat bertemu dengan yeoja yang masuk kemimpiku?” Kata
Luhan yang menatap dalam kedua bola mata Eunra. Yeoja itu pun tau kalau ‘yeoja
dalam mimpi’ yang Luhan maksud adalah dirinya. Seperti terhipnotis mata Eunra
tak dapat berpaling dari tatapan Luhan yang menyejukan.
Eunra
merasa kalau tubuh Luhan semakin mendekat padanya, semakin lama dia juga dapat
merasakan hembusan nafas lembut dari namja didepannya.
Kecupan
singkat dibibir Eunra yang diberikan oleh Luhan benar-benar membuat yeoja itu
kaku bagai tersengat listrik ribuan watt. “Aku akan menjadikan yeoja itu sebagai
yeojachinguku.”
Dengan cepat tangan Eunra menutup
kedua mulutnya yang terbuka, tanda dia sangat terkejut atas ucapan Luhan. Eunra
masih tak percaya apakah ini hanya mimpi, atau semua ini memang benar terjadi.
-End-
nice fanfic
BalasHapusgood fanfic :)
BalasHapus