Jumat, 21 Juni 2013

[FF Boyfriend] Helper is My Love Part 4



Tittle : Helper is my love
Cast : Jo Youngmin
            Jo Kwangmin
            Kim Seo Ra
            Han Ri Young
Genre : -
Rating : PG-15
Author : @raniakim96
Length : Series




Part Sebelumnya
Seperti biasa saat istirahat aku pergi ke kantin bersama Riyoung, Minwoo dan Jeongmin. Mereka adalah sahabat terbaikku saat ini.
            “Seora, apakah selama satu minggu ini kau tidak ada masalah di sekolah?” seru Riyoung tiba-tiba saat kami tengah mengambil posisi duduk masing-masing.
            “masalah? Masalah apa Riyoung-ahh? Aku merasa biasa saja saat di sekolah.” Aku bingung dengan pertanyaan aneh yang di ucapkan oleh Riyoung apa maksudnya.
            “hm, ani kalau begitu syukurlah.” Riyoung benar-benar aneh saat ini, tidak biasanya dia bertanya seperti itu padaku.

#part 4
            “sebenarnya apa maksdumu Riyoung?” Aku sangat penasaran, apa yang sebenarnya ingin Riyoung sampaikan?. Apakah dia menyembunyikan sesuatu?.
            “sudah aku bilang tidak apa.” Dia tidak mau menjawabnya. Aku mengalihkan pandanganku pada Minwoo dan Jeongmin mencari jawaban, tapi mereka malah memalingkan wajah mereka ke
arah lain.
            “bisakah kalian memberitahuku apa yang terjadi?” ucapku tegas, mereka semua langsung mengangkat kepala mereka yang sedari tadi tertunduk. Riyoung, Minwoo dan Jeongmin hanya saling menatap.
            Aku mendekatkan wajahku ke mereka, mengangkat dan menurunkan lagi ke dua alisku meminta kejelasan.
            “sebenarnya ini hal yang tidak penting, namun aku hanya memperingatkanmu saja Seora.” Akhirnya Jeongmin angkat bicara.
           “sebagai sesama anak baru di sekolah ini, aku ingin kau lebih berhati-hati Seora.” Kali ini Riyoung lebih serius.
            “memang ada apa dengan sekolah ini? Hantu kah? Jangan bercanda Riyoung.” Balasku takut sambil memegang tangan Riyoung.
            “bukan seperti itu Seora-ssi.” Seru Minwoo jengkel, apa yang salah?.

Han Ri Young  P.O.V.
            Sebenarnya apa yang di pikirkan Seora tentang ini? Kenapa dia mengkaitkan nya dengan hantu? Dia benar-benar aneh. Apakah dia tidak bisa berpikir lebih elit?Di jaman globalisasi ini masih ada hantu.
            “Seora kau ini, mana mungkin ada hantu di sekolah kita?.” Balas Minwoo, nampaknya dia juga merasa aneh dengan apa yang di katakan Seora.
            “lalu apa maksud kalian dengan kata berhati-hati?” Sepertinya Seora sangat penasaran. Ekspresinya lucu sekali ketika kesal dengan kedua pipi yang di kembungkan. Aku tidak bisa menahan tawaku.
            “Riyoung apa ada yang lucu kenapa kau tertawa.” Jeongmin memperhatikanku yang sedang tertawa  mungkin dia penasaran apa yang sedang aku tertawakan.
            “ha..ha tidak aku hanya geli saja melihat muka kesal Seora sangat lucu.” Jawabku apa adanya.
            “apanya yang lucu? Riyoung kau ini ada-ada saja.” Balas Minwoo cepat. Sementara yang di tertawakan  –Seora-  hanya bingung melihatnya.
            “bisakah kalian cepat mengatakannya padaku.” Seora sudah tak sabar.
            “Seora sebenarnya......” aku mengantungakn kalimatku.

Flashback  on
            “ya~ kau anak baru di sini?.” Saat aku sedang berjalan di koridor sekolah, Aku mendengar ada orang yang memanggilku di belakang. Aku menoleh, sepertinya di adalah sunbae ku. Ketara dari tanda kelas yang lebih tinggi.
            “ne, sunbae. Ada apa kau memanggilku?.” Balasku ramah dan hati-hati.
            “heh, se enaknya saja kau berjalan di sini.” Datang satu orang temannya dari arah lain. Aku tidak tau kenapa mereka menanyakan hal seperti itu padaku.
            “memang ada yang salah dengan cara berjalanku?.” Tanya ku santai. Yeoja di depanku hanya menghela nafas dan mendongak ke atas.
            “ireumi mwoya?.” Yeoja di sebelahnya kini angkat bicara.
            “Riyoung, Han Ri Young imnida sunbaenim.” Jawabku masih dengan gaya santai.
            “Han Ri Young, kau anak baru bukan? Apakah kau belum tau peraturan di sekolah ini heoh?” yeoja itu mendorong bahuku dengan satu telunjuknya. Akupun memundurkan langkahku. Satu langkah, aku menabrak seseorang. Ternyata sudah banyak  murid yang berkerumun di koridor ini.
            ‘ada apa sebenarnya?’ hatiku bertanya-tanya
            “aaww.” Aku menjerit karena ada yang menjambak rambutku dari belakang. Selanjutnya mereka mendorongku, menarik seragamku kuat dan mengacak-acak rambutku.
            Aku tak tau sudah seperti apa bentuk rambutku, aku tak bisa memberi perlawanan. Yang bisa ku lakukan hanya merintih kesakitan.
            “Riyoung-ssi bisakah kau lebih hormat pada sunbaemu?.” Ucap Yeoja berambut pendek itu lembut, namun kata-kata itu membuatku semakin takut.
            “sebenarnya apa salahku sunbae?” tanyaku di sela-sela serangan (?) mereka.
            “kau ingin tau apa kesalahanmu hah? Kau anak baru bisakah kau tidak meremehkan sunbaemu? Apakah kau tidak di ajarkan sopan santun oleh orang tuamu?” Salah satu dari mereka menjawab apa yang ku tanyakan. Apakah menurutnya hal itu salah? Berjalan melenggang tanpa memberi hormat pada sunbaenya? Memang aku tentara yang harus hormat pada atasannya.
            “aaiisshh....” mereka semua sudah gila. Akan di apakan aku ini. Salah satu sunbae menarik seragamku membuat satu kancingnya terlepas. Kali ini aku benar-benar kalut, tidak tau apa yang bisa kulakukan.
            Tiba-tiba ada yang menarik tanganku, dia membawaku lari menjauh dari kerumunan sunbaeku , entah siapa yang mereka siksa saat ini. Namun aku sangat bersyukur karena ada yang menolongku dari ‘macan kelaparan’ itu.
            Sampai di balkon atas sekolah, aku melihat wajah orang yang telah menolongku.
            “Minwoo-ssi.” Pekikku. Ternyata dia yang menolongku. No Min Woo dia adalah teman pertamaku di sekolah ini.
            “ne, ini aku. Apakah kau baik-baik saja Riyoung?” dia melihatku dari bawah sampai atas. Aku yang sadar akan satu kancing seragamku lepas, sigap menyilangkan tanganku.
            “hiks... hikss..” Hanya suara tangis yang keluar dari mulutku, aku sungguh malu berada di hadapan Minwoo dalam keadaan seperti ini.
            “ini memalukan.” Lirihku.
            Aku merasakan ada kain yang menutupi tubuhku. Aku mengangkat sedikit kepalaku, ternyata Minwoo yang menyibakan seragam bagian luarnya ke tubuh bagian atasku.
            “gam..zaha mi...da..” aku mengucapkannya dengan sesegukan. Aku sangat berterimakasih padanya.
            “lain kali kau harus lebih  berhati-hati Han Ri Young.” Ucapnya lembut, menepuk bahuku pelan.

Flasback off


***

            Kuharap Seora dapat mengerti setelah aku menceritakan semuanya, aku juga tidak ingin dia mengalami hal sepertiku. Tapi sikap sunbae terhadapku kini sudah jauh berbeda, aku juga tidak tau karena apa.
            “ya~ Jeongmin-ahh bisakah kau lebih cepat?.” Aku memang sedang menunggu Jeongmin di depan kelasnya. Dia sangat lama menata buku-bukunya, padahal Minwoo yang satu kelas dengannya sudah keluar sedari tadi. Pantas saja Minwoo tidak mau menunggunya.
            “aku sudah selesai.” Ucapnya tanpa dosa di berjala menuju ambang pintu.
            “kenapa kau lama sekali huh? Aku sampai ber-akar menunggumu.” Seruku pura-pura kesal.
            “Riyoung-ssi mianhe, aku tidak akan mengulanginya lagi. Oh iya gomawo sudah mau menungguku.” Dia mencubit pelan kedua pipiku.
            “aku terpaksa menunggumu. Kalau aku tidak menunggumu aku akan pulang dengan siapa?.” Rumahku dan rumah Jeongmin memang satu komplek walaupun tidak berdekatan. Setiap hari aku pulang dengannya.
            “aku tau, kau tidak mungkin berani pulang seorang diri iya kan? Dasar penakut.” Ejeknya. Aku pun langsung menimpuknya dengan buku yang ku pegang. Dia berpura-pura merintih kesakitan.
            Saat berjalan melewati halaman depan sekolah, langkahku terhenti dari jauh aku melihat Seora masuk ke mobil. Aku hafal betul mobil itu, mobil yang biasa mengantar-jemput  ‘Jo Twins’.
            “ada apa?.” Tanya Jeongmin. Aku menjawab dengan menunjuk ke arah tadi menggunakan telunjukku. Jeongmin pun menoleh, mengikuti arah yang ku tunjukkan.
            “apa ada hubungan di antara mereka?.” Tanya Jeongmin. Dia memikirkan hal yang sama denganku.
            “aku juga tidak tau, Seora tidak pernah menceritakan tentang Jo Twins padaku. Ada yang Seora sembunyikan dariku.” Balasku sambil terus memperhatikan Seora dari kejauhan. Akhirnya mobil itu pun melaju meninggalkan sekolah ini.
            “dia benar-benar tidak pernah menceritakan apapun padamu? Lalu bagaimana sikap Youngmin pada Seora? Bukankah kau satu kelas dengannya juga?” tanya Jeongmin menyakinkan.
            “ne, selama ini sikap Youngmin pada Seora biasa saja. Bahkan seperti tak pernah kenal.” Aku mengangkat ke dua bahuku bingung.
            “ini perlu di selidiki.” Ucap Jeongmin mantap disertai anggukan setuju dariku.
***

Author  P.O.V.          

            Hari ini adalah hari minggu, seperti hari libur biasanya nyonya Jo menghabiskan waktu dengan berbelanja atau melakukan perawatan tubuh di salon. Namun ada yang berbeda dengan hari ini. Dia akan mengajak Seora untuk menemaninya.
            “Seora apakah kau sudah siap?” seru nyonya Jo di ruang tamu.
            “iya nyonya sebentar lagi saya akan keluar.” Dari kejauhan terdengar sayup-sayup suara Seora.
            “saya sudah siap nyonya.” Seora datang menuju ruang tengah tempat nyonya Jo menunggunya sedari tadi.
            Nyonya Jo memandangi Seora dari bawah sampai atas. Penampilan Seora memang terkesan apa adanya. Dengan rambut yang terikat, kaos berwarna biru, rok selutut dan sepatu flat.
            “aku rasa aku perlu mempermakmu.” Nyonya Jo tersenyum penuh arti, itu membuat Seora sangat bingung.
***
            Nyonya Jo dan Seora kini berada di toko pakaian. Nyonya Jo sangat sibuk memilih pakaian untuk Seora, berulang kali dia mengepaskannya di badan Seora. Sementara Seora hanya diam menuruti apa yang nyonya Jo perintahkan.
            “nyonya, apakah nyonya akan membelikan pakaian untukku?.” Tanya Seora yang bingung dengan tingkah nyonya Jo yang mengepaskan pakaian ke badannya.
            “memang nya baju-baju ini untuk siapa lagi selain kamu Seora? Apa mungkin aku yang akan memakainya?.” Nyonya Jo terkekeh. Seora merasa tak enak hati, belum lagi dia sudah di sekolahkan oleh keluarga Jo.
            “nyonya pakaian ini terlalu banyak untukku?.” Seora sangat keget karena nyonya Jo menaruh puluhan pakaian untuk Seora di meja kasir.
            “apakah kau akan hidup hanya satu hari? Seora ini untuk kebutuhanmu. Aku liat kau tidak memiliki pakaian yang pantas. Jadi aku membelikan ini semua untukmu.” Balas nyonya Jo yang langsung memerintah petugas kasir untuk mebungkusnya.
            “tapi nyonya....” elak Seora saat nyonya Jo akan memberikan kartu kredit nya pada petugas kasir.
            “aku tidak menyuruhmu untuk menolaknya Seora sayang....” jawab nyonya Jo pada Seora seperti rasa sayang pada anaknya sendiri.
            “gamzahamida nyonya.” Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Seora.
            “jangan berterima kasih sekarang, masih banyak yang ingin aku lakukan untukmu.” Nyonya  Jo berjalan melenggang mengandeng tangan Seora erat. Seora hanya dapat membelalakan matanya.
            ‘nyonya akan memberikan apa lagi untukku.’ Serunya dalam hati.
            Kali ini Soera terdiam memandangi bangunan yang ada di depannya. Nyonya Jo yang sudah berjalan di depannya berhenti dan berbalik untuk mengajak Seora masuk.
            “Seora sedang apa kau? Cepatlah masuk !!.” nyonya Jo tersenyum geli melihat Seora yang hanya terbengong di depan salon ini.
            ‘akan di apakan aku?.’ Seora melirik ke kanan dan ke kiri. Dia jarang sekali pergi ke salon, dia tidak mau rambut yang menurutnya sudah bagus itu di potong atau di warnai. Karena dia tidak suka rambut dengan bentuk yang aneh-aneh
            Seora diam memandangi nyonya Jo yang sedang berdiskusi dengan salah satu pekerja di salon tersebut. Sesekali juga nyonya Jo menunjuknya, seperti memberitahukan pada ahjumaa pekerja itu.
            “Seora kemarilah...” Seru nyonya Jo seraya menggerakan tangannya. Seora tersentak, dia kaget karena tadi dia sedang melamun.
            “ne...” jawab Seora akhirnya.
            “apa potongan rambut yang cocok untuknya?.” Tanya nyonya Jo pada ahjumma tadi dengan memegang kedua bahu Seora.
            “aku tau apa yang cocok untuknya, kemarilah..!!” Seora mengikuti ahjumma tadi menuju kursi yang di depannya terpampang cermin besar dengan desain yang sangat elegan. ‘Sepertinya ini salon untuk kalangan atas’ pikir Seora.
            Ahjumaa tadi mulai mengolah (?) rambut panjang Seora, dia akan menjadikan Seora lebih cantik dari sebelumnya. Dia mengepaskan dengan bentuk wajah Seora sebelum akhirnya dia memangkas rambut gadis itu.
Dua  jam berlalu namun kegiatan ahjumma itu belum juga selesai, entah apa saja yang di lakukannya pada rambut Seora namun kali ini rambut Seora sedang di cuci setelah pewarnaan yang ke dua kalinya.
Seora tampak lelah dan mengantuk, dia tipe gadis yang tidak senang menghabiskan waktu hanya untuk melakukan hal-hal yang tidak penting seperti saat ini.
“selesai.....” teriak ahjumma tadi keras membuat Seora yang sudah mulai menutup matanya kaget. Dia langsung membuka matanya dan melihat bayangan dirinya di depan cermin.
Seora sangat terkejut dengan apa yang di lihatnya, ini tampak sangat berbeda dengan dirinya  tiga jam lalu.   
Nyonya Jo melihatnya puas, walaupun dia sendiri lelah karena menunggu Seora di perbaharui (?) tadi.
           
***
Youngmin sedang asyik memandikan anjingnya ‘boo’ di halaman depan rumah, sampai dia melihat mobil memasuki halaman rumahnya. Dia sudah menduga itu adalah eomma nya.
Brakkk
Tidak sengaja dia menjatuhkan selang air yang sedang di pakai untuk memandikan anjingnya. Dia kaget melihat gadis yang turun dari mobil itu, Seora. Dia sangat berbeda di matanya.
Rambut Seora kini sangat berbeda. Terurai panjang se punggung, bentuknya terlihat lebih jelas, dan kini rambut Seorapun berwarna merah kecoklatan cocok sekali dengan kulit putih langsatnya. Dengan poni yang ada di dahinya yang membuatnya semakin terlihat manis.
“guk..gukk...” Youngmin tersadar karena gonggongan anjingnya. Dia sadar tadi dia melamun. Melamun karena melihat penampilan berbeda dari Seora.

To be continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar